Confirmatory Factor Analysis
Menjadi seorang peneliti bukanlah hal yang mudah, diperlukan wawasan yang luas, keinginan untuk selalu belajar, bersikap kritis, dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Nah, pada artikel kali ini akan dibahas mengenai salah satu cara untuk menguji alat ukur dalam penelitian, yaitu Confirmatory Factor Analysis. Silahkan dibaca, semoga bermanfaat J
Hair et al (2010) mengemukakan bahwa Confirmatory Factor Analysis (CFA) merupakan bagian dari SEM (Structural Equation Modeling) untuk menguji cara variabel terukur atau indikator yang baik dalam menggambarkan atau mewakili suatu bilangan dari suatu faktor. Pada CFA faktor disebut juga sebagai konstruk. Teori pengukuran digunakan untuk menentukan bagaimana variabel terukur, menggambarkan secara sistematik dan logis suatu konstruk yang ditampilkan dalam suatu model.
Ghozali (2005) mengemukakan bahwa Confirmatory Factor Analysis adalah salah satu metode analisis multivariat yang digunakan untuk menguji atau mengkonfirmasikan model yang dihipotesiskan. Model yang dihipotesiskan terdiri dari satu atau lebih variabel laten, yang diukur oleh satu atau lebih variabel indikator. Variabel laten adalah variabel yang tidak terukur atau tidak dapat diukur secara langsung dan memerlukan variabel indikator untuk mengukurnya, sedangkan variabel indikator adalah variabel yang dapat diukur secara langsung.
Mengukur besar kecilnya koefisien validitas dapat dilihat besar kecilnya harga muatan faktor (λ). Semakin besar harga λ maka dikatakan indikator semakin valid. Ukuran untuk mengetahui berapa besarnya λ dikatakan valid dapat menggunakan pengujian nilai t. Dalam menguji nilai t dapat menggunakan software LISREL yang memang menyediakan fasilitas untuk pengujian tersebut. Berikut adalah output software LISREL

Sumber : www.researchgate.net
Penentuan valid tidaknya indikator dapat menggunakan besarnya koefisien korelasi antara skor indikator/konstruk dengan skor totalnya. Skor ini menunjukkan besarnya muatan faktor. Carmines dan Zeller (Sugiyono, 2015) mengemukakan bahwa konstruk yang baik adalah jika mempunyai muatan faktor minimal 0,30. Sehingga, bila nilai λ ≥ 0,30 maka dikatakan indikator valid.
Besarnya koefisien reliabilitas indikator dapat dilihat dari nilai (1-δ) untuk variabel eksogen dan nilai (1-Ԑ) untuk variabel endogen. Semakin besar nilai (1-δ) dan (1-Ԑ) maka semakin reliabel indikator tersebut. Analisis pengujian reliabilitas dapat dilakukan dengan pengujian nilai t sama halnya pengujian validitas. Nilai t masing-masing parameter (λ dan 1 – λ atau 1 – Ԑ) merupakan hasil transformasi dari parameter tersebut. Hubungan antar variabel dikatakan signifikan apabila tampilan dalam output program LISREL menunjukkan garis warna hitam dan garis warna merah apabila hubungan antar variabel tidak signifikan.
Dalam analisis faktor konfirmatori, model yang menggambarkan hubungan antara variabel indikator X1;X2; : : : ;Xk dengan variabel laten disebut model pengukuran (measurement model). Perumusan model pengukuran ini merupakan tahap pertama yang harus dilakukan oleh peneliti dalam analisis faktor konfirmatori. Perumusan dilakukan dengan berakar pada teori.

Sumber: www.google.com
Pada gambar tersebut variabel indikator dinotasikan dengan X1;X2; : : : ;X5. Terlihat bahwa variabel X1 dan X2 secara bersama-sama dipengaruhi oleh faktor bersama F1. Selain itu, variabel X1 dan X2 dipengaruhi secara spesifik masing- masing oleh “1 dan “2. Besarnya pengaruh F1 terhadap X1 dinotasikan dengan_11 besarnya pengaruh F1 terhadap X2 dinotasikan dengan _12, demikian juga dengan pengaruh faktor-faktor terhadap variabel lain.
Setelah model pengukuran dirumuskan, tahap selanjutnya adalah menentukan faktor loading masing-masing variabel. Menentukan loading faktor pada analisis faktor konfirmatori sama dengan penentuan loading faktor pada analisis faktor eksploratif. Caranya adalah metode Maximum Likelihood Estimation (MLE). Setelah diperoleh loading faktor, tahap selanjutnya adalah pengujian model pengukuran yang dilihat berdasarkan nilai goodness of fit yang diperoleh model.
Lomax (dalam Bahri dan Fakhry, 2015) mengemukakan bahwa dalam menggunakan CFA harus ditentukan minimal 3 faktor dan hubungan konstruk laten didasarkan atas basis teori. Model harus bisa diidentifikasi dan memiliki nilai yang unik untuk memudahkan dilakukan estimasi. Pengukuran model dengan CFA ditentukan adanya perbedaan antara indikator dan konstruk serta spesifikasi hubungan antara observed dan variabel apakah berbentuk refleksif atau formatif. Bollen (dalam Bahri dan Fakhry, 2015) menambahkan agar estimasi akurat dan tidak biasa maka diperlukan normalitas data dan jumlah data asyimtotic.
Konsep konstruk dapat berbentuk unidimensional atau multidimensional yang berdampak pada bentuk pengujian validitas dan reliabilitasnya. Konstruk berbentuk unidimensional pengujian validitas dan reliabilitas menggunkan First Order Confirmatory Factor Analysis (CFA First Order) dan jika berbentuk multidimensional dilakukan dengan Second Order Confirmatoru Factor Analysis (CFA Second Order)
Pengujian CFA First Order diuji langsung dari konstruk laten terhadap indikator-indikatornya. Pengujian satu langkah akan dapat mengetahui indikator yang paling dominan menjelaskan konstruk dan indikator yang paling rendah dalam membentuk konstruk. Dalam SEM-Amos, jumlah indikator variabel CFA Second Order sekurangnya adalah lima indikator (Ghazali, 2013). Selain itu, juga akan banyak memunculkan kode-kode dalam model. Dalam SEM-Amos pada CFA Second Order mensyaratkan jumlah dimensi variabel minimal adalah dua. Jika hanya memiliki satu dimensi berarti hanya ada satu sudut pandang saja. Pada waktu dilakukan CFA dimensi yang hanya dua tersebut harus dapat ‘dipertahankan’ sampai dengan evaluasi terakhir.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, Fakhry Zamzam. 2015. Model Penelitian Kuantitatif berbasis SEM-AMOS. Yogyakarta: CV Budi Utama
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang: Badan Penerbit UNDIP
Hair et al. 2010. Multivariate Data Analysis, Seventh Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta