
Penulis : Melisa Putri Andini
Pendahuluan :
Dalam lingkungan akademik perguruan tinggi, keberhasilan mahasiswa
tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual, tetapi juga oleh kemampuan
untuk bekerja sama dalam tugas kelompok. Salah satu faktor penting yang
memengaruhi efektivitas kerja kelompok mahasiswa adalah self-efficacy, yaitu
keyakinan individu terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan tugas atau
mencapai tujuan tertentu (Bandura, 1997).
Self-efficacy tidak muncul begitu saja, tetapi dibentuk oleh banyak faktor,
salah satunya adalah dukungan sosial. Dukungan sosial meliputi bantuan
emosional, informasi, maupun praktis yang diberikan oleh keluarga, teman, atau
orang penting lainnya (Zimet et al., 1988). Ketika mahasiswa merasa didukung
oleh lingkungannya, mereka lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan
akademik, termasuk dalam kerja kelompok.
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa dukungan sosial berperan penting
dalam meningkatkan motivasi, mengurangi kecemasan, dan memperkuat
kepercayaan diri (Cohen & Wills, 1985; Freire et al., 2020). Berdasarkan
penjelasan diatas berikut pembahasan terkait peran strategis dukungan sosial
terhadap self-efficacy mahasiswa dalam konteks akademik.
Bandura (1997) menyebutkan empat sumber pembentuk self-efficacy:
pengalaman keberhasilan (mastery experience), pengalaman vikarius
(vicarious experience), persuasi verbal, dan kondisi emosional. Mahasiswa
yang memiliki pengalaman sukses dalam tugas sebelumnya, memperoleh
dukungan verbal dari teman atau dosen, serta mampu mengelola emosi secara efektif, cenderung menunjukkan tingkat self-efficacy yang lebih
tinggi.
Schunk (1991) menambahkan bahwa dalam konteks akademik, selfefficacy memengaruhi motivasi belajar, ketekunan, dan cara mahasiswa
merespons kegagalan. Mahasiswa dengan tingkat self-efficacy tinggi lebih
gigih dalam menghadapi tugas sulit dan lebih mampu bekerja sama dalam
tim.
Menurut Zimet et al. (1988), dukungan sosial mencakup tiga dimensi
utama: dukungan dari keluarga, teman, dan significant others. Alat ukur yang
mereka kembangkan—Multidimensional Scale of Perceived Social Support
(MSPSS)—menjelaskan bahwa persepsi terhadap adanya dukungan
emosional dan praktis dapat meningkatkan kesejahteraan dan kepercayaan
diri individu.
Cohen dan Wills (1985) menyatakan bahwa dukungan sosial menjadi
“penyangga” (buffer) yang membantu individu mengatasi tekanan
psikologis. Dalam konteks mahasiswa, dukungan ini menjadi penting ketika
mereka harus menghadapi dinamika tugas kelompok yang kompleks dan
kadang menimbulkan stres sosial.
Sejumlah penelitian mengungkapkan adanya hubungan positif antara
dukungan sosial dan self-efficacy mahasiswa. Menurut Freire et al. (2020),
mahasiswa yang merasa memperoleh dukungan sosial yang memadai dari
lingkungan sekitar, seperti teman dan keluarga, menunjukkan kemampuan
coping yang lebih baik dalam menghadapi stres akademik. Studi tersebut
melibatkan lebih dari 2.700 mahasiswa dan menunjukkan bahwa dukungan
sosial menjadi prediktor penting terhadap academic self-efficacy, terutama
dalam konteks manajemen stres dan tanggung jawab kelompok.
Penelitian Guzmán-Villegas-Frei et al. (2024) yang dilakukan di Swiss
menemukan bahwa mahasiswa yang melaporkan tingkat dukungan sosial tinggi juga menunjukkan self-efficacy akademik yang lebih tinggi dan keterlibatan
yang lebih aktif dalam kerja kelompok. Dukungan dari teman sebaya, dosen, dan
lingkungan kampus membuat mahasiswa lebih percaya diri dalam
menyampaikan ide, menyelesaikan konflik, dan mengambil peran aktif dalam
kelompok.
Di Indonesia, hasil penelitian oleh Ni’mah, Nursalam, dan Yusuf (2014)
terhadap mahasiswa yang sedang menyusun skripsi menunjukkan bahwa 72,5%
mahasiswa dengan dukungan sosial tinggi memiliki self-efficacy yang kuat.
Dukungan tersebut membantu mahasiswa merasa lebih termotivasi, mengurangi
kecemasan, dan meningkatkan keyakinan untuk menyelesaikan tugas akhir
mereka. Selain itu, penelitian Santoso & Setiawan (2018) juga menunjukkan
bahwa dukungan sosial dari rekan kerja dan keluarga menyumbang sekitar 30%
terhadap variasi self-efficacy guru di sekolah luar biasa, yang memperkuat
relevansi dukungan sosial dalam konteks pendidikan Indonesia.
Temuan-temuan tersebut memperkuat gagasan bahwa keberadaan
lingkungan akademik yang suportif mampu menjadi katalisator peningkatan
self-efficacy mahasiswa. Dalam tugas kelompok, mahasiswa yang memiliki
keyakinan diri dan merasa mendapat dukungan dari sekelilingnya akan lebih
mudah terlibat aktif, menyelesaikan konflik kelompok secara konstruktif, serta
mengelola stres dengan lebih adaptif.
Kesimpulan
Self-efficacy adalah aspek psikologis penting yang berkontribusi terhadap
keberhasilan akademik mahasiswa, terutama dalam kerja kelompok. Teori dan
penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial baik dalam bentuk emosional,
informasional, maupun instrumental memegang peran penting dalam
memperkuat keyakinan diri mahasiswa.
Dukungan dari keluarga, teman, dan lingkungan kampus terbukti
meningkatkan self-efficacy dan membantu mahasiswa mengatasi tekanan tugas
kolaboratif. Oleh karena itu, menciptakan lingkungan akademik yang
mendukung sangat penting agar mahasiswa merasa lebih siap dan percaya diri dalam menjalani proses belajar kolaboratif, terutama dalam menyelesaikan
tugas-tugas kelompok yang kompleks.
Daftar Pustaka
Bandura, A. (1997). Self-Efficacy: The Exercise of Control. New York: Freeman.
Cohen, S., & Wills, T. A. (1985). Stress, social support, and the buffering
hypothesis. Psychological Bulletin, 98(2), 310–357.
https://doi.org/10.1037/0033-2909.98.2.310
Freire, C., Ferradás, M. D. M., Regueiro, B., Rodríguez, S., Valle, A., & Núñez,
J. C. (2020). Coping strategies and Self-efficacy in university students: A
person-centered approach. Frontiers in Psychology, 11, 841.
https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.00841
Guzman Villegas-Frei, M., Jubin, J., Bucher, C. O., & Bachmann, A. O. (2024).
Self-efficacy, mindfulness, and perceived social support as resources to
maintain the mental health of students in Switzerland’s universities of applied
sciences: a cross-sectional study. BMC public health, 24(1), 335.
https://doi.org/10.1186/s12889-024-17692-x
Ni’mah, A., Tadjri, I., & Kurniawan, K. (2014). Hubungan antara dukungan sosial
dan self efficacy dalam menyelesaikan skripsi. Indonesian Journal of
Guidance and Counseling: Theory and Application, 3(1).
https://doi.org/10.15294/ijgc.v3i1.3752
Santoso, E., & Setiawan, J. L. (2018). Peran dukungan sosial keluarga, atasan,
dan rekan kerja terhadap resilient Self-efficacy guru sekolah luar biasa. Jurnal
Psikologi, 45(1). 10.22146/jpsi.25011
Schunk, D. H. (1991). Self-efficacy and academic motivation. Educational
psychologist, 26(3-4),207-231.
https://doi.org/10.1080/00461520.1991.9653133
Zimet, G. D., Dahlem, N. W., Zimet, S. G., & Farley, G. K. (1988). The
Multidimensional Scale of Perceived Social Support. Journal of Personality
Assessment, 52(1), 30–41. https://doi.org/10.1207/s15327752jpa5201_2