
Gambar di atas tentu sudah pernah kita temukan sebelumnya baik itu di kemasan makanan, kemasan minimum, baliho, surat dan sebagainya. Kotak hitam yang berbentuk acak ini bernama QR Code atau Quick Response Code yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia merupakan kode berespon cepat. Tapi pernah tidak kita berpikir sebelumnya bagaimana cara kotak hitam ini ketika di scan dapat mengarahkan kita ke informasi yang ada di internet?
Sebelum kita membahas bagaimana sebuah QR Code berkerja, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa pengertian dari QR Code yang sesungguhnya. QR Code adalah jenis kode batang matriks atau dua dimensi kode yang dapat menyimpan informasi dan dirancangan untuk dibaca oleh smartphone (Tiwari, 2016)
QR Code pertama kali ditemukan oleh anak perusahaan toyota Denso Wave pada tahun 1994 yang bertujuan untuk melacak suku cadang kendaraan yang ada di industri. Latar belakang pembuatan QR Code juga didasari oleh batasan informasi yang dapat dimuat oleh barcode yang hanya dapat menampung 20 karakter alphanumeric. Pada perkembangan dunia saat ini QR Code bukan hanya digunakan untuk melacak suku cadang kendaraan saja, melainkan berbagai produk komersial maupun rahasia.
QR Code sendiri dapat memuat hingga 4.296 karakter alphanumeric yang tentu jika dibandingkan dengan barcode sangat jauh berbeda. QR Code sendiri memiliki banyak versi dan hingga saat ini sudah mencapai versi 40 yang berukuran 177 x 177 modules.
Pasti banyak yang bertanya-tanya mengenai bagaimana suatu QR Code itu bisa di scan dan mengarahakan kita suatu alamat? Padahal jika kita melihat berbagai QR Code bentuknya hampir mirip antara satu dengan yang lainnya. Untuk mengetahuinya, kita perlu mengenatui terlebih dahulu bagaimana struktur dari QR Code, yaitu :


- Finding pattern
Bagian kotak yang ada pada sudut kiri atas, kanan atas dan kiri bawah QR Code merupakan pola untuk mendeteksi posisi dari QR Code.
- Timing pattern
Bagian ini, mungkin sering kalian lihat tiba-tiba berganti bentuk dan posisi, saat di refresh atau diakses pada waktu yang berbeda. Bagian ini untuk membantu dalam menentukan kepadatan simbol, koordinat modul, dan versi area informasi dari QR Code tersebut. Struktur ini, dibuat dalam modul hitam putih bergantian ketika di refresh.
- Version Information
merupakan bagian untuk mengetahui perusahaan atau instansi yang menerbitkan QR Code. Untuk versinya sendiri, mulai dari versi 1 (21 x 21) sampai versi 40 (177 x 177) modul.
- Quiet zone
Quiet Zone berfungsi untuk mengenali pengguna yang melakukan scan pada QR Code melalui sensor CCD (Charge-Coupled Device).
- QR Code version
Merupakan bagian tengah dari QR Code yang digunakan untuk menerjemahkan data.
- Data
Merupakan tempat penyimpanan data atau informasi.
- Alignment Pattern
Bagian ini memiliki bentuk yang sama dengan finding pattern. Fungsi dari Alignment Pattern adalah untuk mengoreksi kemiringan. Jadi ketika seseorang ingin melakukan scan walaupun tidak sejajar dengan baris kode, tetap dapat membuat QR Code tersebut dapat dibaca oleh smartphone.
- Format Information
Struktur ini berada pada tepian finding pattern, berfungsi untuk menilai berapakah tingkat error dari sebuah QR Code.
Lalu berdasarkan struktur QR Code diatas, maka cara kerja dari suatu QR sampai menjadi sebuah informasi seperti yang ditunjukkan flowchart berikut ini :


Data untuk pertama kalinya di analisis untuk menentukan penyandian pada sebuah teks yaitu numeric, alphanumeric, byte dan kanji. Setelah dianalisis, maka teks akan diubah kedalam bentuk bilangan bit sepanjangan 8 bit. Selanjutnya yaitu mengkoreksi kode menggunakan proses Reed-salomon. Setelah melewati tahap koreksi, maka didapatlah struktur akhir dari sebuah pesan yang ada di QR Code. Setelah struktur pesan didapatkan maka tinggal menempatkannya sesuai dengan susunan matriks. Akan tetapi penempatan di matriks dapat membuat pembacaan sebuah kode monjadi sulit, maka QR Code menggunakan 8 patron tertentu untuk mempermudah pembacaan. Lalu tahap akhir dari pembacaan QR Code adalah dengan menambakan format dan piksel di area yang kosong pada langkah sebelumnya.
Ada juga nih penelitian mengenai pengaplikasian QR Code untuk melakukan verifikasi sertifikat pada Central Event Information (CEI) yang dilakukan oleh Febriyanto E., Rahardja U., Faturahman A., Lutfiani N. didapatkan hasil kuesioner 40 responden dengan nilai rata-rata Skor SUS 83,33 yang menunjukkan sistem CEI dapat diterima oleh pengguna. Perlu diingat, SUS itu merupakan kepanjangan dari System Usability Scale atau salah satu alat pengujian usability atau kegunaan yang populer. Berdasarkan penelitian tersebut Skor SUS yang didapatkan sebesar 83,33 yang berarti sudah berada di atas nilai SUS kebanyakan peneliti yang hanya 68 saja.
Jadi dapat disimpulkan bahwa di balik bentuk tidak beraturan QR Code yang kita lihat sehari-hari ini, terdapat proses yang kompleks untuk mendapatkan informasi yang terdapat didalamnya dan QR Code ini juga sangat banyak kegunaanya untuk melakukan proses verifikasi baik sertifikat, akta notaris dan lain sebagainya.
Referensi :
Administrator. (29 April 2021). Rahasia di Balik QR Code: Struktur yang Wajib Anda Ketahui. Dikutip dari http://www.kanasecure.com/news/rahasia-di-balik-qr-Code-8-struktur-yang-wajib-anda-ketahui
Febriyanto, E., Rahardja, U., Faturahman, A., & Lutfiani, N. (2019). Sistem Verifikasi Sertifikat Menggunakan QR Code pada Central Event Information. Techno. Com, 18 (1), 50-63.
Hadiana, A. I. (2016). Pemanfaatan Teknologi QR Code Untuk Verifikasi Akta Notaris (PPAT). MIND Journal, 1 (1), 41.
Tiwari, S. (2016, December). An introduction to QR Code technology. In 2016 international conference on information technology (ICIT), 39-44.